Di usia yang sudah menginjak 71 tahun, Haji Sunarman atau akrab disapa Haji Narman, justru semakin sibuk mengabdikan diri untuk sesama.

Pensiunan pegawai Universitas Airlangga ini adalah sosok sederhana yang diam-diam telah membantu puluhan orang kecil bangkit dari keterpurukan.

Dari balik senyum ramahnya, tersimpan kisah panjang tentang kerja keras, ketulusan, dan semangat berbagi yang tak lekang oleh waktu.

Nah, di balik wajah tenang dan senyum ramah Haji Narman, tersimpan kisah hidup yang penuh perjuangan dan ketulusan itu.

Pria yang lahir di Pati pada 14 Mei 1954 ini, memang sudah pensiun secara resmi dari Universitas Airlangga sejak Mei 2014, tapi semangatnya untuk terus bermanfaat tak pernah benar-benar pensiun.

Haji Narman memulai perjalanan kariernya dari bawah. Tahun 1971, ia bekerja di perusahaan swasta, lalu pindah ke Fakultas Ekonomi Unair pada tahun 1975 dengan harapan bisa menjadi pegawai negeri.

Harapannya terkabul, hanya dalam waktu enam bulan ia diangkat sebagai CPNS, dan resmi jadi PNS pada tahun 1976.

Namun, hidup tak semudah itu. Gaji PNS kala itu belum mencukupi, apalagi dengan dua anak perempuan dan istri tercinta yang harus dinafkahi. Maka, Pak Narman bekerja rangkap: pagi hingga sore di kampus, malamnya bekerja di universitas swasta, bahkan ikut bantu mengelola program ekstension.

Tak hanya untuk dirinya sendiri, Pak Narman juga ikut membantu banyak orang di sekitarnya. Dari mulai sopir becak hingga tukang tambal ban, ia bantu modal agar bisa mandiri. Tak tanggung-tanggung, 35 becak dan 20 alat tambal ban ia sediakan untuk mereka.

“Biar mereka bisa hidup lebih baik,” ucapnya singkat.

Dari mana beliau dapat dana untuk memberi bantuan 35 becak dan 20 alat tambal ban? Salah satu sumber dananya dari usaha kos-kosannya 60 pintu.

Rutinitasnya dulu luar biasa padat. Subuh mengantar anak-anak dosen ke sekolah, siang bekerja di kampus, sore ke PTPN, malam lanjut bantu program manajemen di kampus. Semuanya dijalani dengan rasa syukur.

“Alhamdulillah, Allah kasih saya kesehatan,” katanya.

Pensiun tak menghentikan langkahnya. Tahun 2022, ia bergabung dengan PKPB (Perkumpulan Karyawan Purna Bakti) Unair, komunitas pensiunan karyawan kampus Unair.

Baru bergabung, langsung dipercaya jadi Ketua Kegiatan PKPB.

“Saya cuma ingin tetap bisa membantu dan bekerja sama,” ujarnya merendah.

Haji Narman mungkin bukan tokoh besar, tapi kisah hidupnya menyimpan pelajaran besar: tentang kerja keras, ketulusan, dan kepedulian. Ia adalah contoh nyata bahwa siapa pun bisa menjadi sumber inspirasi, selama ada niat baik dan kemauan untuk terus berbagi.

“Yang penting bisa bermanfaat,” begitu prinsip hidupnya.

Dan memang, dari perjalanan hidupnya yang sederhana, Haji Narman telah meninggalkan jejak yang dalam di hati banyak orang.(Budi Utomo)