SURABAYA, arekMEMO.com – Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Masa Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa – AWS), Sabtu 10 April 2021 menggelar Wisuda ke XXIV di kampus Jl. Nginden Intan Timur I/18 Surabaya. Giat dilakukan secara virtual dengan menerapkan protokol kesehatan super ketat.

Soekarni Francha Ohoiulun S.I.Kom, wisudawati asal Maluku, mewakili wisudawan/ti  memberi sambutan yang cukup menggetarkan hati. Dan, di antara wisudawan juga terdapat anak tukang becak yang berhasil menyandang gelar sarjana komunikasi: 

“Saya berdiri disini mewakili wisudawan/wisudawati untuk menyampaikan sepatah duapatah kata pada hari yang berbahagia ini. Hadirin, hari ini adalah hari yang kita nantikan bersama (dimana kita telah menyelesaikan tugas belajar di jenjang pendidikan tinggi). Dibutuhkan waktu yang tidak singkat dan perjuangan yang luar biasa untuk menghantarkan kita sampai pada hari ini).”

Teman-teman sekalian, kita patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang masih menjaga kita semua dengan segenap impian-impian besar kita tentang masa depan. 

Yang kita raih hari ini, tidak luput dari dukungan dan pengajaran dari seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini. Bapak ibu dosen adalah orang tua kedua kami, orang tua yang juga bertumpus lumus dalam mendidik kami. Orang tua yang bisa diajak berdiskusi bukan hanya masalah materi perkuliahan, tetapi juga masalah dalam kehidupan kami.  

Untuk itu, kepada seluaruh dosen, saya mewakili wisudawan/wati mengucapkan banyak terimakasih, tentunya kami hanya bisa membalasnya dengan doa, semoga bapak ibu dosen senantiasa diberikan kesehatan,  rejeki dan umur yang barokah.

Hadirin sekalian… saya yakin dan percaya, pada hari ini tidak hanya kita sebagai wisudawan/wisudawati yang berbahagia dan selalu tersenyum. Tapi lihatlah! Orang-orang yang berada di sebelah kanan kita yang selama ini berjuang di belakang untuk membiayai kita. Mereka juga tersenyum hari ini, karena pada hakikatnya kebagiaan kita adalah kebahagiaan mereka juga.

Bapak ibu dosen sekalian, izinkan saya untuk mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya. Bapak, ibu terimakasih, terimakasih telah memberikan semangat dengan kayuhan becak. Karena setiap kayuhan becak itu membangkitkan semangat saya untuk terus belajar, belajar dan belajar. 

Untuk adik-adik yang saya tinggalkan, ini adalah motivasi untuk kita semua. Bahwa tidak semua orang yang tidak mampu itu, tidak berpendidikan. Tetapi orang yang tidak memilki semangatlah yang tidak berpendidikan. Buktinya adalah saya, saya membuktikan bahwa anak tukang becak juga bisa mencapai pendidikan sampai ke perguruan tinggi.

KI HADJAR DEWANTARA

Rekan-rekan wisudawan/wisudawati hari ini bukanlah akhir dari perjuangan kita. Hari ini bukanlah akhir dari mimpi kita. Hari ini adalah awal perjuangan lain yang telah menanti. Banyak bidang yang harus kita garap untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. Kita sebagai lulusan STIKOSA-AWS punya banyak ide kreatif yang dapat dilakukan sehingga kita bisa mendapatkan uang, bahkan di masa pandemik seperti sekarang  ini. 

Badan Pusat Statistik(BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I tahun 2020, hanya 2,97% secara tahunan (year on year) dan terkontraksi 2,41% secara kwartalan dan hal ini dipengaruhi oleh pandemic virus corona (Covid-19) yang muncul pada tahun 2020 secara mendunia/global. Dengan kondisi yang demikian, maka gaya hidup masyarakat mesti berubah. Hampir semua sektor terdampak, terutama perekonomian. 

Maka, sebagai sarjana lulusan ilmu komunikasi apa yang nanti akan kita perbuat? Teman-teman yang berbahagia, kita para lulusan Stikosa-AWS Surabaya ini, kini memanggul tanggung jawab yang luar biasa. Ada tuntutan baru terpanggul di pundak kita untuk bukan saja memiliki ide, gagasan cemerlang, semangat, tanggungjawab sosial, peka terhadap lingkungan sekitar, berani berinovasi dan mampu berkomunikasi, namun juga mampu memberi manfaat kepada umat dalam kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja. 

Mari, di tangan kita semualah, ada pekerjaan rumah yang tidak mudah: menjadi agen perubahan, menjadi bagian dari warga negara yang memberi makna pada dunia di sekeliling kita. Tidaklah cukup ijazah yang kita bawa ke mana-mana. Tak cukup pula gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di belakang nama kita.  Hari demi hari yang berat ini berlalu tanpa bersedia menunggu. Maka satu-satunya pilihan adalah menjadi versi terbaik dari diri kita tiada henti.  

Generasi yang hebat dan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman, dimanapun kita berada, adalah motivasi yang dapat kita jadikan obor dengan memanfaatkan kecanggihan dan kemudahan teknologi. Ada banyak pilihan yang dapat kita ambil sebagai upaya mencapai cita-cita baru setelah gelar sarjana kita genggam di tangan. Teknologi dengan segala fasilitasnya memberi kita opsi postif dan negatif yang keduanya berada dalam kekuasaan pilihan kita. 

Mungkin ini saatnya mewujudkan apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara: “Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya.” – Ki Hadjar Dewantara. (cak bon)