Para penulis dan pembaca puisi Gelamor (Gerakan Pelaku Humor) serta talkshow di Rumah Budaya Rakyat

 

SURABAYA, arekMEMO – Launching Buku Antologi  Puisi  Berjuang Hidup, Hidup Berjuang Gelamor (Gerakan Pelaku Humor) dan talkshow dihelat di Rumah Budaya Rakyat, Jl Karang Menjangan 21 Surabaya, Sabtu (15/7/2023).

Buku  setebal 100 halaman ini ditulis tujuh penyair yang juga pelawak, antara lain Djadi Galajapo, Insaf, Kris Maryono, Kunhadi, Metty Endel, Sabil Lestari dan Agus Romli (alm).

Para pengunjung yang hadir pun kadang dibuat senyum dan tertawa.  Sebab, penampilan kocak para pembaca dan penulis puisi, itu terkesan serius tapi santai (sersan) dengan diselingi lawakan khasnya.

Sebagaimana disebut Aming Aminoedhin penyair yang menjadi narasumber talkshow, Surabaya memang luar biasa.  “Kota Surabaya dikenal banyak orang sebagai kota asal ludrukan, sekaligus kaya guyonan dan sindiran,” ungkapnya.

Karena terpengaruh dialeg Surabaya, Presiden Penyair ini tak menyalahkan mereka jika beberapa  tulisan puisi mereka, terkadang ada kata-kata bahasa Jawa. Tapi,  puisi mereka banyak bernuansa lucu.

Aming merasa bangga karena buku antologi puisi Gelamor ini, juga akan menambah daftar panjang antologi puisi yang sudah ada. Antara lain penyair, penyair yang guru, penyair yang pelukis, penyair yang wartawan dan terakhir ada penyair yang pelawak.

Soal bahasa Jawa juga disinggung narasumber lain, Yousri Nur Raja Agam, wartawan senior pemerhati seni  dalam pengantar buku ini. “Kalimat berbahasa Jawa yang dilantunkan dengam semi kidung jula-juli itu, merupakan bagian dari seni ludruk,” kata dia dalam tulisan pengantarnya. Yousri tak bisa hadir karena ada acara di Bukittinggi. Tapi, acara yang dipandu Desemba Sagita yang juga Ketua Forum Budaya Surabaya, ini peran Yousri diganti Toto Sonata.

Komunitas Gelamor, merupakan wadah sekumpulan insan yang berkicimpung di bidang seni lawak yang juga layak disebut sebagai pelaku humor. “Rencananya buku antologi puisi para peracik humor ini, akan berlanjut pada penerbitan berikutnya,” ucap Kris Maryono, selaku koordinator.

Tak kalah menariknya adalah sambutan pendiri Rumah Budaya Rakyat Karmen Surabaya yang juga pemerhati seni budaya, Hason Sitorus. Baginya Gelamor  Berjuang Hidup, Hidup Berjuang itu sesungguhnya hidup memang penuh perjuangan.  Ini sesuai dengan tagline yang dikemas dalam buku antologi puisi ini, berjuang terus berkarya. “Tiada perjuangan tanpa bekerja keras,” katanya.

Sementara pakar pendidikan pemerhati seni budaya, Djoko Adi Waluyo, dalam pengantar buku antologi puisi ini menyebut karya seni yang dihadirkan dalam sebuah antologi puisi, ini tidak dapat dipisahkan dengan persoalan batin. Karena karya seni seperti puisi tidak terlepas dari sentuhan manusia yang di sana berkaitan dengan batin yang berbicara. (kar)