DI tengah-trngah pandemi corona salah satu imbauan yang disampaikan pemerintah adalah perlunya menjaga bahkan meningkatkan daya tahan tubuh. Banyak pilihan yang disediakan alam terkait dengan upaya meningkatkan kekebalan tubuh.  

Di Probolinggo, ada salah satu minuman tradisional yang bahan baku utamanya dari rempah-rempah dikenal dengan nama Sirup Pokak. Minuman hangat ini memiliki khasiat meningkatkan kekebalan tubuh. Sebab, terbuat dari bahan-bahan alami seperti jahe, cengkeh dan lain sebagainya.  

Adalah Indriati, yang lebih akrab dipanggil  Bu Indri, asal Desa Kerpangan Blok Krajan, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Produksi pokaknya sudah merambah ke mana-mana. Bahkan Sirup Pokaknya menjadi ikon di Kabupaten Probolinggo.

Menurutnya, sirup pokak yang menjadi  minuman khas Kabupaten Probolinggo memiliki bahan baku produksi yang terdiri dari jahe, kayu manis, daun jeruk purut, cengkeh, daun pandan dan gula pasir yang dikaramel terlebih dulu. Karena sirup pokak terbuat dari bahan rempah, minuman ini memiliki antioksidan yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Selain itu, sirup pokak dapat menyembuhkan batuk, pilek dan menghilangkan  bau badan.

Bagi Indriati, lulusan Fakultas Kimia jurusan Bio Kimia  ITS 10 Nopember Surabaya Angkata 86 ini, menggeluti usaha yang dirintis sejak 1996 ini, mempunyai kebanggaan terseniri. ”Saya terinspirasi membuat sirup pokak ini, ingin menciptakan minuman sehat yang alami. Misalnya, tidak pakai essense. Lalu saya teringat dengan yang di rumah ada kegiatan bikin wedang pokak hanya pada event-event tertenju saja, misal pada Ramadan atau pas ada hajatan saja. Nah, sekarang kita bikin sirup pokaknya bisa disajikan setiap saat,” tuturnya.

Sebagai pelaku UKM dia berharap, ke depan usahanya semakin maju dan berkembang untuk melestarikan minuman tradisional Kabupaten Probolinggo. 

“Disamping itu, bisa menciptakan minuman sehat dan menciptakan lapangan kerja, terutama untuk warga sekitarnya. Makanya, biar cara kerja kami masih konvensional, misal mengupas jahe pakai tangan. Saya belum bisa memakai mesin, karena masih mempertimbangkan mereka banyak yang masih membutuhkan pekerjaan ini. Kadi mereka tdk boleh digantikan mesin,” pungkas Indriati. (kar/mus/bon)