SURABAYA, arekMEMO.Com – Civitas akademika Stikosa AWS berziarah di TPU Ngagel Surabaya, Jumat (10/11/2023) pagi. Rombongan yang terdiri dari pimpinan, dosen, karyawan, alumni, dan mahasiswa ini berhenti di makam Bung Tomo, tokoh penting dalam peristiwa 10 November 1945. Setelah itu ke makam Abdul Aziz dan Toeti Aziz, pasangan suami istri pemilik koran legendaris Harian Sore Surabaya Post.
“Setiap tahun, di acara dies natalis, kita tabur bunga di sini, dan bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan untuk mengenang para pejuang, khusunya di makam dua tokoh pendiri Stikosa AWS untuk mengenang perjuangan beliau, yaitu almarhum A. Aziz dan Toeti Aziz. Terus menerus kita haturkan doa-doa terbaik kepada beliau-beliau,” ungkap Ketua Stikosa AWS Jokhanan Kristiyono.
Ia pun mengatakan, baik Bung Tomo, A. Aziz, dan Toety Aziz, ketiganya adalah orang-orang yang memiliki peran besar dalam dunia jurnalistik.
Sutomo, nama asli Bung Tomo, lahir 3 Oktober 1920 di Kampung Blauran, Surabaya. Ia pernah berkecimpung dalam dunia kewartawanan, di antaranya menjadi jurnalis lepas untuk harian Soeara Oemoem, harian berbahasa Jawa Ekspres, mingguan Pembela Rakyat, dan majalah Poestaka Timoer.
Di usianya yang masih sangat muda, ia bahkan pernah menjadi redaktur mingguan Pembela Rakjat. Ia juga memiliki kolom khusus di Harian Ekspres.
“Bung Tomo adalah contoh nyata pembawa semangat pers perjuangan,” kata Jokhanan. Karena sebagian tulisan Bung Tomo berisi propaganda untuk melawan kolonialisme Belanda.
Tak hanya aktif di media cetak, Bung Tomo juga pernah bergabung dengan Kantor Berita Domei untuk memasok berita lewat pesan kawat yang saat itu disebut markonis. Setelah Jepang kalah dalam Perang Pasifik, Indonesia memproklamirkan kemerdekaan.
Bung Tomo bersama sejumlah wartawan mendirikan Kantor Berita Indonesia di depan Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit).
“Sementara alamarhum Abdul Aziz dan Toeti Aziz, pendiri sekaligus pemilik Surabaya Post, juga dikenal sebagai tokoh pers Indonesia yang memiliki dedikasi hebat dalam dunia jurnalistik,” kata Jokhanan lagi.
Sepak terjang A. Aziz sebagai jurnalis sangat dikenal di berbagai kalangan, di tahun 1975 ia pernah menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur dan dinobatkan sebagai Tokoh Pers Indonesia.
Didukung Toeti Aziz, A. Aziz ikut membidani lahirnya Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur dari empat komponen, yakni PWI, Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), Departemen Penerangan Provinsi Jatim (kini berubah nama menjadi Dinas Kominfo Provinsi Jatim), dan Dispen Kodam V Brawijaya.
Empat pilar pendiri YPWJT ini kemudian mendirikan perguruan tinggi diploma tiga (D-3) sebuah pendidikan khusus Jurnalistik bernama AWS (Akademi Wartawan Surabaya) pada tahun 1964. Saat itu gedung dan aktivitas pendidikannya terpusat di Kapasari, Surabaya.
Sejak tahun 1987 perguruan tinggi ini berubah Status menjadi S-1 (Stara-1 atau Sarjana Penuh) dan berganti nama menjadi Stikosa AWS (Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya), dengan konsentrasi program studi ilmu jurnalistik dan ilmu kehumasan. Sejak saat itu pula gedung dan aktivitas pendidikannya berpindah ke Jl Nginden Intan Timur I/18 Surabaya Timur. (kar)