DESA  Karduluk, Kecamatan Pragaan, Sumenep,  boleh jadi sebagai sentra produk ukiran Madura. Warga yang tinggal di pesisir pantai selatan  Madura ini hampir semuanya bisa mengukir kayu.

Bahkan, hasil karya ukir perajin ini sudah terkenal di mancanegara.  Ini menunjukkan produk-produk ukirannya telah bernilai ekspor.  Ukiran warga Karduluk memiliki ciri tersendiri.  Ukiran di desa ini memiliki tekstur ukiran yang halus serta makna yang jelas.

Bila melintas di jalan antara Sumenep-Pamekasan, tampak sentra ukir di sepanjang jalan Desa Karduluk. Salah satu perajin, Ahwadi, 51, pemilik sentra ukir menuturkan, di Desa Karduluk hampir setiap kepala keluarga memiliki usaha mebel. Sebab, usaha seni ukir yang digeluti warga setempat merupakan warisan leluhur.

Untuk bisa menghasilkan satu jenis ukiran saja, menurutnya, cukup butuh waktu lama, karena harus disertai dengan ketelatenan dan kesabaran. Sebab, yang diukir adalah jenis kayu jati. Kalau sampai ada yang rusak sedikit akan berpengaruh terhadap hasil ukiran secara keseluruhan.  “Minimal satu minggu baru bisa menghasilkan satu kursi atau meja. Jadi, tidak mudah dan butuh waktu lama,” tegasnya.

Meski butuh waktu lama, ternyata setara dengan hasil yang diperoleh. Terutama nilai jual yang tergolong cukup mahal. Misalnya, seperangkat kursi sofa ukir dan meja ukir dihargai  Rp 15 juta.  Itu juga belum termasuk harga tempat tidur, yang bisa mencapai puluhan juta rupiah, tergantung sedikit banyaknya ukiran yang dipesan.

Hasil jati ukir yang dikelola  Ahwadi  selama puluhan tahun tersebut, tidak hanya merambah pangsa pasar nasional seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Semarang saja. Produk tersebut juga sudah menembus pasar internasional, dengan kualitas ekspor. “Saya juga pernah ekspor ke Amerika,” tutur Ahwadi bangga.

Pernyataan Ahwadi diakui Kepala Desa Karduluk, H Zainul Ihsan. Hampir 60 persen warganya berkecimpung di dunia ukiran. Sedangkan sisanya sebanyak 40 persen, adalah petani siwalan yang membuat  gula merah dari legen. Sementara usaha kerajinan ukiran di Karduluk dilakukan secara turun temurun.

Sementara, Camat Pragaan, Darussalam menilai bahwa pemasaran ukiran Karduluk yang perlu diperhatikan. Selain itu, dia menginginkan adanya inovasi dalam motif ukir ini. (kar/mus/bon)