SURABAYA, arekMEMO.com – Sepuluh guru SMP AWS (Adma Widya Surabaya), Kamis 04022021 siang, dialog dengan pengurus YPW-JT (Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur) terkait nasib sekolahannya yg terancam bubar, karena Ijin Operasional Sekolah disandera, dibekukan oleh Pemkot Surabaya. 

Sejak Maret 2020 para guru tidak terima honor, karena tidak memperoleh tunjangan dari Pemkot Surabaya. Tanpa Ijin Operasional maka tidak dapat mencairkan dana BOS serta BOPDA.

Bermula dari kepengurusan yayasan lama, dimana Ketua Dhimam Abror tgl 09122016 menulis surat “menyerahkan” aset tanah di Jl. Kapasari No. 3-5 Surabaya yang di atasnya berdiri SMP dan SMA AWS.

Berdasarkan penyerahan tsb, tanah di Jl. Kapasari 3-5 diambil, diproses, kumudian disyahkan oleh Kementerian Keuangan RI menjadi aset Pemkot Surabaya. Lalu keluarlah tagihan IPT (Ijin Pemakaian Tanah), dimana SMP AWS diwajibkan membayar sewa tanah sebesar Rp 196 juta.

“Karena belum bayar IPT itulah ijin operasinal tidak dikeluarkan,” ujar Kepala Sekolah SMP AWS, Gugus Legowo, SPd MM. 

Ratna, guru Bahasa Indonesia bercerita, 14 tahun yg lalu dia diterima di SMP Al-Falah Surabaya, sekolahan besar dan terkenal, pasti honornya juga besar. “Tetapi kaki sy sulit melangkah. Hati saya ada di SMP AWS,” katanya.

“Saya mohon dibantu pak Ketua, bahwa saya GTY (Guru Tetap Yayasan), single parent. Saya sudah limapuluh tahun ke atas, mau pindah ke skolah lain juga kesulitan,” kata Ratna. 

“Bapak-bapak saya harap terus berjuang untuk mendapatkan ijin operasional nggih, jangan kendor yaa pak,” pinta Ratna sambil menyatakan, jika nanti gagal berjuang mohon bapak2 memikirkan nasib kami.

Endang, guru Prakarya menyebutkan bahwa tahun 2005 SMP AWS sempat besar. “Selama ini kami jalan sendiri. Yayasan hanya nama. Tidak pernah mengurusi kami,” katanya sambil menyebut bahwa usianya sudah tua, jadi tidak mungkin pindah. 

Ketua YPW-JT, Imawan Mashuri, SH MH mengajak semuanya ikut berjuang untuk mendapatkan ijin operasional. “Mari kita sama2 mengikhlasi keadaan. Tidak perlu meratap. Jangan mengeluh. Kalau berjuang mari,” ujar Imawan. (cak bon)