LAMONGAN, arekMEMO.com – Memasuki usia ke-41 tahun, Ikatan Hajjah Muslimat Nahdlatul Ulama (IHM NU) Kabupaten Lamongan menggelar harlah dengan penuh khidmat dan semangat kebersamaan.

Acara yang digelar pada Minggu 7 September 2025 di Gedung Budi Luhur ini dihadiri oleh jajaran pengurus, tokoh-tokoh NU, serta lebih dari 500 ibu-ibu anggota IHM NU Lamongan.

Kegiatan kali ini dirangkai dengan momentum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, serta penyaluran santunan kepada anak-anak yatim dan dhuafa dari seluruh wilayah PAC (Pimpinan Anak Cabang) Muslimat se-Kabupaten Lamongan. Hal ini merupakan bentuk kepedulian sosial dan komitmen dakwah bil mal yang terus dipegang teguh oleh Muslimat NU Lamongan.

“Kegiatan ini tidak sekadar seremonial, tapi menjadi cerminan dari dakwah sosial kami. Kami ingin memastikan bahwa anak-anak yatim dan kaum dhuafa tidak merasa sendiri, ada ibu-ibu Muslimat NU yang membersamai mereka,” ujar Ketua IHM NU Lamongan, Zharotin Nisa’.

Zharotin menjelaskan bahwa inti dari kegiatan ini adalah menjaga kemabruran haji dengan memperkuat lisan dalam dzikir dan salawat, serta terus aktif dalam kegiatan sosial. “Menjaga kemabruran haji itu bukan hanya saat di tanah suci, tapi juga setelah pulang ke tanah air. Kita harus menjaga lisan, memperbanyak istighfar dan salawat, serta peka terhadap lingkungan sosial kita,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua PC Muslimat NU Lamongan, Kartika Hidayati, yang turut hadir dalam acara ini menyampaikan pentingnya peran IHM NU Lamongan sebagai bagian dari bidang dakwah organisasi Muslimat NU.

“IHM NU Lamongan bukan sekadar kumpulan ibu-ibu haji, tapi menjadi agen perubahan dakwah yang menyebarkan nilai Islam rahmatan lil ‘alamin melalui ucapan dan tindakan. Jangan hanya putih bajunya, tapi juga hati dan pikirannya,” tegas perempuan yang juga mantan Wakil Bupati Lamongan tersebut.

Dalam sambutannya, Kartika menyampaikan pesan kebangsaan yang kuat. Ia menyinggung tragedi perusakan Gedung Negara Grahadi yang sempat mencoreng nilai-nilai persatuan.

Dirinya menegaskan bahwa Muslimat NU dan IHM NU memiliki tanggung jawab moral untuk meredam konflik dan menjaga stabilitas bangsa, sesuai dengan deklarasi pendiri NU yang menjadikan NKRI harga mati.

“Jangan sampai ibu-ibu justru menjadi penyebar ujaran kebencian. Lisan panjenengan itu mengandung doa, nasihat, dan pendidikan bagi keluarga serta lingkungan. Kalau ibu yang tergelincir, generasi pun ikut tergelincir,” pesannya.

Peringatan Harla ini juga menegaskan kembali bahwa anggota IHM NU tidak hanya terbatas pada yang sudah menunaikan ibadah haji, tetapi juga bagi ibu-ibu Muslimat yang telah umrah dan berniat menjaga kemabruran ibadahnya melalui kegiatan sosial dan dakwah. “IHM NU harus menjadi brand teladan haji yang bukan hanya sah secara syariat, tapi juga membawa manfaat sosial. Yang terdaftar pun bahkan bisa ikut, agar sejak awal disiapkan menjadi pribadi yang matang secara spiritual dan sosial,” ungkapnya.

Peringatan Harla ke-41 ini ditutup dengan harapan bahwa usia IHM NU yang semakin matang dapat membawa organisasi ini menjadi lebih profesional, bersih dalam hati dan pikiran, serta konsisten mendampingi umat.

“Kita ingin semua anggota IHM NU menjaga hati dan lisannya, seperti putihnya busana hari ini. Jangan hanya putih di luar, tapi juga bersih di dalam. Itulah sejatinya kemabruran,” pungkasnya. (Iyan)