MOJOKERTO, arekMEMO.com – Di Desa Kauman, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto, ada sekitar 100  UMKM kerupuk/krecek rambak yang sampai sekarang terus menggeliat sebagai potret kekuatan ekonomi rakyat. Tak hanya pemilik usaha kerupuk rambak yang menikmati berkah, tapi juga warga sekitar yang menjadi tenaga kerja pada UMKM itu.

Salah satunya Sampiono,  perajin kerupuk/krecek rambak yang juga Ketua Paguyuban Rambak Sapi Majapahit Bangsal. Sebagai ketua paguyuban, dia menyebut dari 100 perajin krecek rambak, terdapat berbagai jenis kategori. 

“Ada yang besar, juga tak jarang ada yang masih kecil. Yang sudah besar itu, ada yang melakukan ekspor,” kata Sampiono yang memulai membuat krecek rambak tahun 2003.

Panen bagi perajin krecek rambak, justru menjelang bulan Ramadhan. Pesanan mulai banyak, terutama dari Jawa Timur sendiri. Harganya pun terjangkau, Rp 80 ribu/kilogram. 

“Dalam satu bulan, saya bisa menjual sekitar satu ton krecek rambak,” kata Sampiono (41), yang lulusan SMK jurusan mesin.  

Seluruh proses produksi krecek rambak masih dilakukan secara tradisional. Dimulai dari kulit sapi yang direndam larutan kapur selama dua hari untuk menghilangkan bahan kimia dan membersihkan kulit sapi. Kemudian bahan baku itu dicuci memakai air mengalir hingga benar-benar bersih. Proses selanjutnya kulit sapi direbus selama 10 hingga 15 menit.

Lamanya tergantung berapa banyak kulit yang direbus.  Lalu, kulit sapi itu dipotong sesuai ukuran. Kemudian krecek rambak dijemur di terik matahari hingga kering. Krecek rambak yang telah kering itu kembali dimasak bersamaan bumbu rempah, ditiriskan lalu dikemas, siap dipasarkan(kar/mus/bon)