DEPOT Bu Mus berada di Jl. Pacar Keling, 11-A Surabaya. Setiap pegunjung begitu melangkahkan kaki masuk depot akan melihat sejumlah sajian menu masakan rumahan yang ditata dan berjajar rapi di meja panjang.

Soal parkir jangan khawatir, karena tempatnya nyaman dan aman. Saat jam makan siang depot ini dipastikan penuh. Apalagi, Depot Bu Mus memakai model prasmanan. Artinya, pengunjung harus antre untuk mengambil makanan sendiri. Melayani dirinya sendiri. Beragam rasa dari menu yang disajikan pun menggugah selera.

Soal rasa yang menggoda selera, semua tercipta dari hasil racikan Bu Mus sendiri.  Bu Mus, yang nama aslinya  Hj. Mistin bersama suaminya, H Mushadi  (yang lebih akrab dipanggil Abah Mus) menjadi sukses seperti saat ini, banyak rintangan yang dilalui selama bertahun-tahun.

Mereka berdua, berkeinginan keras supaya usaha kulinernya maju. Sebelum menempati depot sekarang di Jl. Pacarkeling, Depot Bu Mus pernah  berjualan di Jl. Bronggalan II Surabaya.

Nama Depot Bu Mus, diambil dari nama istri Abah Mus. Ya, nama Depot Bu Mus sepertinya pas banget. Lebih familiar,  apalagi konsep yang dipakai adalah prasmanan. Artinya, tiap orang bisa ambil sendiri lauk dan nasinya. 

Menurut Abah Mus,  resep berdagang kuliner agar laris manis disamping menunya sendiri yang enak dan menarik, harganya bisa terjangkau  kantong pembeli. “Maka kami sepakat mengangkat motto: rasa melebihi harga,”  tutur  Abah Mus kepada  arekmemo.com.

Hampir aneka menu kuliner khas Surabaya ada di Depot Bu Mus. Ada sekitar 20 menu setiap hari yang disajikan secara prasmanan. Mulai dari sayur sayuran khas Surabaya. Ada rawon, sayur lodeh manisa, ada lodeh tewel, sayur tumis pare, tumis kangkung, sambal goreng tahu tempe, aneka brengkes, aneka olahan ayam, seperti ayam goreng, kare ayam dan ayam goreng kremes dan lain-lain. 

Ada pula menu favorit seperti asem asem ikan bandeng kuning dan kotokan iwak pe yang menjadi favorit pelanggan.  Sebagian besar mereka yang datang adalah pelanggan setia. Setiap hari Depot Bu Mus siap mulai pagi pukul 09.00 hingga 21.00. Kotokan iwak pe, memang selalu dicari para pelanggannya, karena itu menu ini harus ada setiap hari. Pemilihan dan kebersihan iwak pe menjadi syarat utama. Iwak pe harus dalam kondisi yang benar-benar segar. Agar tidak amis saat mencucinya harus benar benar bersih.

“Untuk mengolah  ikan pe dan masakan lain menjadi enak dan sesuai selera para pembeli,  kami dibantu enam  tenaga. Mereka para wanita yang terampil dalam mengolah semua menu,” tambah Abah Mus.

Menu ikan pe  dan asem-asem bandeng yang menjadi favorit pelanggan setia di depot ini selalu habis lebih dulu.  “Padahal selalu ditambah,” tutur  Abah Bu Mus.

Diam-diam Abah Mus terkesan dengan seorang pelanggannya yang asal Kanada. Ia  sering datang, kadang pagi atau sore. Abah Mus pernah tanya pada si Bule, kenapa selalu makan di depotnya ini. “Ia bilang  enak dan murah, sambil  mengacungkan jempol,” tutur Abah Mus. (kar/bon)