Para direksi Bank Jatim bersama Sri Asih (baju kuning) Penyuluh Kehutanan dan Pendamping serta Pimpinan Pengelola AMKE Oro-Oro Ombo (foto: mus)

BATU, arekMEMO.Com – Area Model Konservasi Edukasi (AMKE)  di Desa Oro-Oro Ombo,  Kota Batu,  dalam ajang UMKM Award 2021 Bank Jatim,   terpilih menjadi juara pertama. Hadiah yang diterima dibelikan alat untuk penyulingan atsiri.

“Bank Jatim concern terhadap pengembangan AMKE. Wisata edukasi ini   butuh peranan perbankan dalam segi bantuan pendidikan tentang keuangan,”  jelas Direktur Risiko Bisnis Bank Jatim, Rizyana Mirda,  dalam acara Gathering Media Bank Jatim, di ruang pertemuan AMKE, Minggu (12/12/2021).

Sementara  Direktur Keuangan Bank JatimFerdian Timur Satyagraha, menuturkan di AMKE Oro-Oro Ombo ini ada  72 petani yang tergabung.  Mereka  berharap  bisa meningkatkan perekonomian dengan penggemukan ternak seperti kambing,  sapi dan tanaman-tanaman lain.  “Bank Jatim support baik permodalan maupun edukasinya,”  jelasnya.

Penyuluh Kehutanan dan Pendamping serta Pimpinan Pengelola AMKE Oro-Oro Ombo, Sri Asih, mengatakan bantuan Bank Jatim memberikan dampak terhadap AMKE. Salah satunya adalah dana KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang terealisasi Rp 275 juta. Dana ini  untuk pengembangan pembuatan rumah produksi HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) yang produknya antara lain stick,  bakso, somay dan sebagainya dengan bahan porang.

“Untuk sementara ini, produk oleh-oleh yang kami bikin selama ini masih menempati rumah saya. Selanjutnya, pengolahan produk oleh-oleh akan kita bikinkan tempat produksi sendiri di sini. Kalau rumah produksinya sudah selesai, semua pembuatan oleh-oleh  akan diolah di tempat baru ini,” tutur Sri Asih.

Disamping itu, modal dari Bank Jatim juga akan digunakan untuk pengembangan usaha ternak madu yang ternyata sangat berpotensi sekali. “Penjualan  madu di sini,  sangat diminati dan sangat laris manis,” ujar Sri Asih.

Tak kalah larisnya adalah minyak atsiri yang  juga banyak diminati para pembeli. Itu sebabnya, kata Sri Asih,  alat penyulingan yang sudah ada perlu ditambah. Selama ini, alat penyulingan atsiri cuma satu. Pengunjung yang datang ke sini untuk studi banding, pasti memborong atsiri dan stick porang.

“Kami mengucapkan terimakasih pada Bank Jatim dan  teman-teman media yang hadir ke tempat kami. Harapan kami, dengan kehadiran teman-teman media  bisa membawa kita lebih jauh dikenal masyarakat. Di sini, AMKE sebenarnya tak hanya tempat wisata saja, tapi juga tempat edukasi lingkungan,” jelas Sri Asih.

Sesuai namanya Area Model Konservasi Edukasi (AMKE), di tempat ini siapa pun bisa belajar tentang lingkungan. Yaitu membangun lingkungan menjadi lestari, juga membangun  pemberdayaan masyarakat. “AMKE juga memberikan lapangan pekerjaan dan meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar areal ini,” katanya.

Pintu masuk AMKE Oro-Oro Ombo, Batu (foto: kar)

Menurut Sri Asih, tiket masuk bagi wisatawan Rp 10 ribu,  hanya melihat-lihat dan selfie. Tapi, untuk edukasi ada biaya tersendiri. Untuk 20-30 orang dikenai biaya Rp 2,5 juta termasuk memperoleh materi, praktik, suvenir, konsumsi/makan, snack dan sertifikat. Belakangan, kebanyakan mereka yang studi banding berasal dari Kalimantan. Juga ada yang studi banding dari Dinas Kehutanan Trenggalek, mereka berjumlah sebanyak 40 orang.

“Kalau studi banding di bawah 20 orang, biayanya  dikenai Rp 125 ribu setiap orang dengan durasi tiga jam. Mereka yang ikut edukasi dibimbing  instruktur. Untuk edukasi porang, insyaAllah bulan ini dapat bantuan peralatan dari ITS Surabaya. ITS mendukung AMKE Batu Melalui Perancangan Website Produk Berbasis Online ,” urainya.

AMKE Oro-Oro Ombo, Batu,  berdiri tahun 2018. Selama pandemi, praktis tidak ada pemasukan keuangan karena juga diperlakukan PPKM. Kegiatan sehari-hari AMKE selama pandemi  hanya merawat ternak, tanaman dan lain-lain. Bahkan, ada pengurangan pekerja harian. Dari 50 karyawan,  tinggal 15 orang. Mereka berasal dari lingkungan Oro-Oro Ombo. 

“Praktis selama pandemi tidak ada pemasukan, bahkan minus,” tutur Sri Asih yang juga ASN Dinas Kehutanan Pemprov Jatim.

Selama ini, jelas Sri Asih, penghasilan terbanyak AMKE justru ditopang  penjualan bibit-bibit yang bekerjasama dan bermitra dengan dinas-dinas. Mereka membeli  pupuk dan bibit dalam jumlah banyak. Setiap dua minggu sekali ada transaksi pembelian  bibit atau pupuk yang nilainya antara Rp 150 juta – Rp 250 juta. Sebelum pandemi, pemasukan satu bulan bisa mencapai Rp 1 miliar,” jelasnya.(kar/mus/bersambung)