Dari sekadar jagong mengembang jadi dialog tematik, kemudian terjadi kristalisasi pikiran untuk membentuk kelembagaan secara formal. Begitulah kronologi dari sebuah pertemuan sebanyak lima kali di warung Dapoer Oemoem Taman Budaya Jawa Timur, Jl. Gentengkali 85 Surabaya sejak akhir Juli hingga medio Agustus 2020.
Delapan nama yang tercatat dalam pertemuan tersebut, antara lain: Darmantoko (jurnalis), Udik Laksono (Koran Peduli Rakyat), Setyo (HK.com), Basuki (Jurnalis), Bachtiar (Surabaya News, advokat), Tri Widodo (profesional), Supriyadi (Petisi.com), Rokimdakas (wefreeline.com) serta Yudihari (advokat) yang pada hari Jumat (14/08) malam menyatakan diri siap bergabung.
Kita dihadirkan serta dihidupi tentu amat disayangkan jika disia-siakan tanpa melakukan hal-hal yang bermakna, ibarat tanpa mendirikan “Tugu” sebagai tetenger dharma bhakti kita pada kehidupan. Perenungan itulah yang melandasi “kerentek” untuk mendirikan lembaga dalam format perkumpulan bernama “Tugu Pahlawan”. Sebagai nasionalis tentu saja berpijak pada azas Pancasila dan UUD 1945, suatu kewajiban dalam merawat warisan para pendiri negara.
Kehendak yang melandasi pendirian Tugu Pahlawan adalah untuk merekonstruksi sejarah kota, mengkomunikasikan problematika kota ke publik, membantu pemerintah pada pengembangan program-program pembangunan seraya mewujudkan nilai-nilai kepahlawanan.
Berkaitan dengan spirit kepahlawanan, mumpung sedang berada dalam bulan bersejarah bagi bangsa Indonesia maka disepakati untuk menggelar *DEKLARASI* pada: Senin, 17 Agustus 2020, pkl 10.00 WIB (tepat), sesuai dengan waktu diproklamirkan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 oleh Soekarno – Hatta. (kim/bon)