SURABAYA, arekMEMO.Com – Ada debutan baru lagi dari HM Cheng Ho Djadi Galajapo. Komedian dan pendakwah ini Jumat (4/4/2024) meluncurkan buku Antologi Puisi tunggal bertajuk “59 Puisi 59 Tahun”, sekaligus menandai ulang tahunnya yang ke-59. Peluncuran buku berlangsung sederhana, dengan mengundang para sahabatnya sekaligus buka bersama di Warung Pecel “Bu Kus” Jl Bharatajaya Surabaya, sesuai permintaan para sahabatnya.
Dengan penerbitan buku tersebut, maka sudah tujuh buku tentang hasil pemikirannya yang sudah diterbitkan. Yang cukup menarik perhatian adalah “Meniti Jalan Tasawuf” (2021). Buku setebal 200 halaman ini ditulis oleh wartawan dan penyair, Toto Sonata, berdasarkan pemikiran Djadi Galajapo.
Bagaimana jadinya seorang komedian menulis karya puisi ? Maka yang dihasilkan adalah karya puisi yang mengandung unsur humor, namun sarat dengan pesan dan renungan hidup sehari-hari Djadi Galajapo sebagai seorang pelaku tasawuf.
Dalam kata pengantarnya, Amang Mawardi, wartawan senior dan penyair, menyebut bahwa karya-karya puisi Djadi mengingatkan pada Puisi Mbeling pada tahun 70-an yang dipelopori oleh Remy Silado di majalah Aktuil. Bedanya ke-mbeling-an puisi-puisi karya Remy Silado itu mencoba memberontak terhadap nilai-nilai kemapanan orang tua yang dianggap munafik, sedangkan puisi-puisi Cak Djadi “bertolak dari main stream”, terutama yang menyangkut seputar tatanan keagamaan.
“Namun, tidak semua puisi di buku ini mengarah ke hal-hal rawan. Banyak yang berkutat pada sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang tampaknya sepele, lugu, apa adanya. Nah di sinilah letak kekuatan Cak Djadi mengolah “kesufian”-nya, memasak batiniahnya menjadi karya yang bermakna,” ujar Amang, yang sudah menulis 17 judul buku, termasuk Antologi Puisi tunggal.
Salah satu petikan karya puisi Djadi Galajapo yang cukup menarik berjudul “Meliana Prastianingsih” (halaman 28) :
Istriku tak punya kosakata
Tapi kekuatannya luar biasa
Istriku tak bisa berpura-pura
Tapi kejujurannya istimewa
Istriku tak bisa bersandiwara
Tapi itulah pemeran sesuai titah sang sutradara
Komedian bernama asli Darmadjadi ini lahir di Gresik pada tanggal 8 Maret 1965. Nama Galajapo diambil dari grup lawak yang ia dirikan bersama Priyo Aljabar dan Lutfie. Keduanya sudah meninggal dunia, sehingga tinggal Djadi yang kini ber-solo karir sebagai komedian, pembaca acara dan pendakwah. Sedangkan nama Galajapo merupakan akronim dari Gabungan Lawak Juara Jawa Pos. Ketiga pelawak ini merupakan pemenang dari lomba lawak yang diadakan oleh Harian Jawa Pos pada tahun 1992.
Saat formasi lengkap, nama grup lawak Galajapo ini cukup meroket, baik di Jawa Timur maupun nasional. Bahkan Priyo Aljabar (alm.) beberapa kali tampil di televisi nasional serta sukses membawakan acara “Cangkrukan” di JTV, salah satu tontonan favorit pemirsa.
Menurut Djadi Galajapo, penerbitan buku antologi puisi ini merupakan salah satu misinya dalam menyebarkan cinta, harmoni dan keindahan.
“Kehidupan seorang yang meniti jalan tasawuf itu semua yang dikerjakan untuk kemanfaatan. Mempunyai misi untuk mewujudkan bumi surgawi, penuh cinta kasih tanpa diskriminasi. Sebab sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat untuk sesama,” ujarnya. (sas/kar)