arekMEMO.Com – Sekira 6 bulan setelah saya dan Noorca M. Massardi berteman di Facebook, jelang 3 bulan diberlakukan social distancing Covid-19, pewarta dan pengarang terkenal ini dengan santun dan hati-hati, bertanya kepada saya via pesan WA : “Cak Amang, kira-kira bisa nggak menghelat launching novel terbaru Rayni & Christyan?”
Saya tidak langsung mengiyakan, lantas saya katakan kurang lebihnya : ” Next, Mas Noorca saya kabari…”
Sebelum Noorca M. Massardi minta tolong hal di atas, sudah lama saya terobsesi menampilkan pasangan Noorca & Rayni untuk bicara tentang kreativitas dunia kepengarangan, di Surabaya. Tampaknya unik.
Sebagaimana saya ketahui, suami-istri ini dikenal sebagai sosok-sosok produktif.
Noorca adalah jurnalis, novelis, dan penyair. Sedangkan Rayni kreator yang cerpenis, novelis, dan aktivis perfilman.
Putri sulung pasangan ini, yaitu Casandra Massardi (Kasih) dikenal sebagai salah satu penulis skenario terbaik di Indonesia.
Implementasi obsesi saya ini lantas saya tulis di Facebook, intinya demi memancing tiga orang penggiat kesenian di Surabaya, agar bisa menjadi penyelenggara diskusi kreativitas kepengarangan pasangan Noorca & Rayni.
Dari 3 orang yang saya sebut pada pancingan saya di Facebook itu, hanya Henky Kurniadi yang merespons.
Dimana kira-kira peluncuran novel Rainbow Cake karya kolaborasi Rayni N. Massardi dan Christyan AS ini diselenggarakan ?
Saya punya titik perhatian, yakni di ruang Merah Putih kompleks Balai Pemuda, mengingat berada di titik pusat kota.
Bicara soal ruang tersebut, pikiran saya lantas melayang ke rekan-rekan Bengkel Muda Surabaya (BMS), yakni komunitas kesenian yang bersekretariat di samping ruang Merah Putih ini, mengingat akrab dengan Dinas Pariwisata Kota Surabaya.
Maka saya kontak Heru Budiarto, Ndindy, Vanessa Helen Martinus, dan Ribut Wijoto.
Mereka berempat adalah tokoh-tokoh di antara sekian tokoh komunitas seni di Surabaya itu yang usianya sudah lebih dari 50 tahun — komunitas seni tertua di Surabaya.
Pada 12 Januari 2020, BMS didukung Dinas Pariwisata Kota Surabaya, menjadi penyelenggara launching novel Rainbow Cake tentang betapa menguatirkan psikologi korban perundungan : suatu saat akan meledakkan hal-hal yang mengerikan.
Henky Kurniadi pun ikut mendukung event yang dihadiri sejumlah seniman dan apresiator, dengan sejumlah dana.
Kebetulan Jil Kalaran salah satu penggiat seni militan, siang itu –saat panitia usung-usung dalam rangka persiapan– ikut hadir menyemangati. Jil orang Surabaya yang sudah lama hijrah ke Solo lantaran istrinya ngajar di Universitas Sebelas Maret. Jil sedang pulang kampung.
Musisi balada Bambang Jon pun, menyemarakkan peluncuran buku sastra ini. Bertindak sebagai host wartawan dan penyair Toto Sonata.
Meski pada akhirnya sampai sekarang saya belum mengadakan diskusi menampilkan pasangan ini, setidaknya obsesi saya separuhnya tersalurkan. Pada peluncuran Rainbow Cake itu, Noorca pun sempat diajak diskusi secara tatap muka oleh para penggemar, terutama beberapa saat setelah acara resmi usai.
Sejak itu saya dengan Noorca & Rayni makin berteman akrab. Seringkali jika buku-buku mereka terbit, saya dikirimi.
Tentang Rayni yang dilahirkan di Brussels, Belgia, pada 29 Mei 1957, adalah lulusan Universitas Paris III, Sorbonne, Nouvelle, Departement d’Etude et de Recherches Cinematographiques, Paris, Perancis — tahun 1981.
Puluhan buku karyanya sudah dihasilkan, antara lain dalam bentuk antologi cerpen, kumpulan cerpen tunggal, beberapa novel, juga buku-buku non-fiksi.
Dua kali karya cerpennya masuk dalam kumpulan cerpen pilihan yang diterbitkan Harian Kompas, yaitu pada tahun 1995 dan 2006.
Minggu malam, 14 September lalu, setiba dari Batu, Malang, mengikuti acara Dolan Rame-Rame yang diselenggarakan warga RT dimana saya tinggal, di bangku teras, saya dapati paket berwarna putih. Pengirimnya : Rayni N. Massardi. Saya segera menebak isinya : pasti buku.
Betul saja, setelah saya unboxing, isinya kumpulan cerpen karya perempuan yang dalam 3 tahun terakhir ini juga menekuni digital drawing, judulnya : Awas Kucing Hilang – Lalat Cintaku. Berisi 14 cerpen, dilengkapi ilustrasi oleh Christyan AS. Sedangkan Nanang Gani sebagai pendesain kover.
Samuel Wattimena perancang busana yang kini anggota DPR Komisi VII, memberi pengantar pada kumpulan cerpen ini.
Noorca M. Massardi pada kover belakang memberi gambaran begini :
Jean de La Fontaine (1621-1695), penyair dan pendongeng termasyhur Perancis menggunakan tokoh-tokoh binatang untuk mengeritik perilaku manusia, dengan caranya yang lucu dan ironis. Ia dijuluki “fabulis” karena mampu menyampaikan pesan moral dan kritik sosial dengan fabel-fabelnya.
Rayni N. Massardi melalui kumpulan cerpennya Awas Kucing Hilang – Lalat Cintaku ini juga menggambarkan keprihatinan, kegelisahan, dan kemarahannya melihat perilaku manusia modern, melalui tokoh-tokoh anjing, semut, kucing, kecoak, ulat, tikus, kura-kura, cicak, ayam, kutu, lalat, dan orangutan.
Rayni menggambarkan situasi dan problem keluarga dan lingkungan hidup para tokohnya dengan sangat ironis, lucu, absuds, menyedihkan, mengharukan, sekaligus mampu menyampaikan pesan moral tentang kebaikan, penghormatan, terhadap orang tua, dan empati kepada sesama manusia.
Sebuah fabel satiris dengan banyak adegan dan peristiwa tak terduga.
Btw, terima kasih banyak Mbak Rayni kiriman-kiriman bukunya.
Salam sehat selalu dan teruslah kreatif ! (Amang