“Tanjung Perak Tepi Laut” di Quds Royal Hotel

Date:

arekMEMO.Com –  Rabu 17 Desember 2025 kemarin, saya bersama Pak Achmad Zainuri sutradara teater senior, hadir pada peluncuran kumpulan cerpen & cerkak “Wali Katon” (Sasetya Wilutama) dan kumpulan cerpen jurnalistik “Runtah” (Imung Mulyanto).

Acara launching buku “Wali Katon” (Sasetya Wilutama) dan “Runtah” (Imung Mulyanto) di Quds Royal Hotel, Surabaya.

Event yang berlangsung di Quds Royal Hotel, Ampel, Surabaya, ini dibarengkan dengan pembukaan pameran lukisan “Bingkai Masa” (Dewi Ulantari, Edi Marga, Budi AN., Lutfie Sakato).

Dari rumah di kawasan Surabaya Timur yang mepet perbatasan Kabupaten Sidoarjo, kami menggunakan taksi berenergi listrik yang baru diresmikan tiga minggu lalu.

“Ini masih dalam masa promosi, Pak,” kata bungsu saya yang memesan taksi online tersebut, “taripnya Rp 62.500”.

Lumayan murah dalam jarak 18 kilometer, sebagaimana saya lihat di google map — saya membatin.

Saat memasuki kawasan MERR (middle east ring road) dekat kantor pembantu Bank Jatim, Pak Zainuri nyeletuk : “Mobil taksi ini buatan Vietnam, Pak Amang…”

“Iya to…” jawab saya.

Lantas mata saya tertuju pada logo ‘V’ persis berada di titik tengah kemudi.

Saya berpikir : ‘Bisa jadi, mungkin huruf ‘V’ adalah indikasi initial Vietnam’.

Lantas saya berpikir lagi : ‘Kapan kita bisa punya produk otomotif sendiri, tidak sekadar merakit produk Jepang atau negara lain. Kita sudah merdeka 80 tahun, sementara Vietnam baru benar-benar lepas dari perang pada 1975.’

Taksi warna telur asin siang itu berada pada kondisi ‘stop, jalan; stop, jalan’ saat melaju di Jalan Kenjeran, disebabkan situasi lampu stopan dekat arah Jembatan Suramadu. Nunggu antrean, benar-benar padat.

Pak Sopir yang rambutnya sudah putih itu cukup sabar menjalankan kendaraan. Di sela-sela kondisi padat merayap tersebut, saya membatin lagi ‘Kasihan, sudah sepuh masih bekerja. Mestinya di rumah menikmati senja usia, sesekali sambil momong cucu.’

Saya perkirakan seusia saya, 70-an tahun. Tapi saya lantas mencoba becermin diri : Bukannya saya menempuh perjalanan ini dalam rangkaian profesi, berkaitan dengan dunia kepenulisan? Lha iya, siang-siang begini kok kluyuran, meski dalam bingkai kerja literasi. Kan mending tidur ?

Mendekati lokasi tujuan, saya dibuat seperti mendapati ‘oyot mimang’, bagai mimpi, tersesat entah di antah barantah mana.

Lalu lintas begitu sibuk, meski tidak seperti di Jalan Kenjeran tadi, lambat seperti jalannya keong. Padahal setelah pikiran saya menelusuri ke masa lalu, bukannya 25-30 tahun sebelum ini saya sering ke dekat-dekat sini, ke rumah sahabat saya wartawan senior almarhum Noval Zain di Sukodono II ?

Oleh sebab itu, saat tiba di depan hotel “bintang tiga” itu, saya bilang ke Pak Zainuri : “Ojo melbu disik, Pak…”

Saya lantas mencoba sebentar menikmati suasana lalu-lintas di perempatan depan hotel tersebut. Masih saja belum bisa memahami situasi di sekitar situ. Pikiran saya melayang-layang : Kok seperti kawasan Bukit Bintang, Kuala Lumpur? Atau seperti Geylang, Kampung Melayu, Singapura?

Tetap masih belum bisa mengenal kondisi setempat. Jangan-jangan karena kondisi lansia saya. Atau lantaran pembangunan di kawasan ini sudah demikian maju, beda dengan 25-30 tahun lalu?

***

Saat memasuki lobi hotel dimana acara dilokasikan, masih belum banyak yang hadir. Beberapa orang tampak berpakaian tradisi Jawa, rata-rata berbahan lurik. Ada juga yang mengenakan kostum pejuang lengkap dengan pistol(-pistolan) yang disarungkan.

Di undangan memang disebut dress code pakaian Jawa tradisional atau kostum tempo doeloe.

Mas Pungky sebagai yang punya hajat begitu ramah menyambut kami.

“Suatu kehormatan panjenengan berkenan hadir pada acara ini,” tuturnya yang lantas disusul senyum ramah seperti biasa dari sosok berkulit terang ini.

Penggiat ludruk Meimura berkostum putih&putih lengkap dengan udeng Suroboyo-an, sedang menyanyikan lagu dengan iringan keroncong Guyub Rukun, lantas mendekati kami dalam posisi menyanyi seolah ngajak berdialog.

Makin lama undangan makin banyak mengisi kursi yang ada di lobi, hampir penuh sesak. Penulis, jurnalis, pelukis, dan pemerhati seni, hadir siang itu. Marak. Meriah.

Wanita penyanyi keroncong sehabis mendengkan lagu, mendekati meja kami. Di situ selain saya dan Pak Zainuri, duduk penulis Bambang Eko M., aktivis sosial Ponang Adji Handoko jurnalis yang seniman Cak Rokim Dakas, Rudi T. Mintarto dengan istri yang dikenal sebagai penggiat anggrek. Juga tampak jurnalis senior Cak Ditto.

Lantas penyanyi tersebut bilang begini : “Ngersa aken lagu menapa, Pak?”

“Anoman Obong kalih Perahu Layar, Mbak. Matur suwun, nggih …,” jawab saya.

Pada separuh durasi acara, makin banyak yang hadir. Sebelum itu tampak penulis dan editor buku Adriono, Kris Maryono koordinator komunitas wartawan menulis puisi Warumas, penyair Denting Kemuning. Setelahnya tampak pelukis dan penulis Hamid Nabhan.

Suasana meriah rupanya bikin zat dopamin dan sorotonin di otak saya meningkat. Hati saya melonjak riang.

Kudapan kroket, roti mariyam, kacang kupas goreng bawang, dihadirkan pramusaji — masing-masing diletakkan di piring kertas. Untuk minumannya ada teh, kopi, dan aneka juice.

Mungkin saya agak aneh. Dari sekian mata acara, saya tersentuh pada sajian line dance yang dilakukan staf dan pramusaji hotel tersebut, dimana ikut terlibat pada penampilan ini GM Quds Royal Hotel, Ampel, RM Pungky Kusuma. Mereka melakukan aksinya dengan live music grup keroncong Guyub Rukun. Bukan di arena panggung, melainkan di depan desk reception. Kompak, riang, bikin mata saya ‘kembeng luh’. Terharu. Para karyawan ikut bergembira.

Dan boleh jadi ini bagian dari strategi leadership, tentu sah-sah saya. Supaya karyawan kompak dan berkondisi persis nama grup keroncong : guyub rukun.

Saya lihat seorang pria 50-an tahun bersosok tinggi besar, berwajah middle east, berbaju hitam-celana gelap, duduk dekat salah satu meja, ditemani dua orang laki-laki lebih muda. Info dari Mas Ponang, “Itu Ketua Paguyuban Pelaku Usaha kawasan Sunan Ampel, Pak Maman Abdurrahman”.

Sosok tinggi besar itu, terlihat senyum-senyum melihat adegan yang disuguhkan karyawan dan staf hotel.

Sementara pemilik hotel yaitu Pak Syarief Hassan berdiri di belakang deretan tamu, terlihat cerah, senyum-senyum menyaksikan kemeriahan acara.

Lagu “Tanjung Perak Tepi Laut” mengalun rancak mengiringi line dance itu. (AM).

Terkini

Berita Terkait
Related

Polres Gresik Tetapkan 2 Tersangka Kasus Penyebaran Data Pribadi Aplikasi Go Matel R4

GRESIK, arekMEMO.Com - Satreskrim Polres Gresik menetapkan dua orang...

Dinkop Lamongan Nyatakan KJ-BKN Solokuro Ilegal Tak Miliki IUSP

LAMONGAN, arekMEMO.Com - Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten...

Uang Tabungan Macet, Nasabah Geruduk Kantor Koperasi KJ-BKN

LAMONGAN, arekMEMO.Com - Merasa ditipu dan dipersulit mengambil uang...

Polres Gresik Amankan Empat Orang Terkait Aplikasi ‘Go Matel’

GRESIK, arekMEMO.Com – Satreskrim Polres Gresik bergerak cepat mendalami...