ADA saran: Bila berkunjung ke Banyuwangi, jangan lupa mencicipi masakan khas daerah ini. Tak hanya rujak soto yang menjadi favorit kuliner kombinasi khas Banyuwangi, tapi ada juga nasi pecel-rawon. Jika umumnya pecel dan rawon kerap disajikan terpisah, maka di Banyuwangi hidangan ini disajikan sekaligus dalam satu piring.
Nasi pecel-rawon salah satunya, di Rumah Makan Pecel Ayu, milik Sulistyowati, di Jalan Laksda Adi Sucipto 60, Banyuwangi. Di kabupaten paling timur di Jawa Timur ini, sajian pecel rawon banyak diburu para pelancong, bahkan juga warga lokal.
Makanannya memang unik. Nasi pecel dengan sayur-mayur lengkap dan bumbu kacang disajikan dengan siraman kuah rawon. Apalagi usai makan disajikan menu es dawet dan es campur. Kedua minuman tersebut menjadi favorit para pembeli.
Sensasi gurihnya bumbu pecel tetap terasa, beradu dengan hangatnya kuah rawon yang memang cocok disantap terutama saat siang hari. Lauk pelengkapnya antara lain udang goreng, empal sapi, dendeng ragi, paru goreng kering, dan rempeyek kacang. Paduan sambal pecel dan kuah rawon adalah sajian yang istimewa Rumah Makan Pecel-Rawon Ayu.
Tak seperti sajian rawon yang menggunakan daging dengan sedikit lemak, rawon untuk pecel-rawon hanya memanfaatkan bagian daging tanpa lemak. Selain itu, saat disajikan, rawon hanya diambil kuahnya. Jika ingin tambah daging, pengunjung bisa meminta kepada penjual. Pilihannya beragam, mulai dari paru goreng hingga empal.
Perempuan asli Banyuwangi ini mengawali berjualan pecel-rawon pada tahun 1982 dengan gerobak di pinggir jalan Kota Banyuwangi. Padahal saat itu sudah banyak penjual pecel-rawon dari kelas kaki lima hingga restoran. “Kita berjualan karena saat itu ibaratnya memang tidak ada yang dimakan. Jadi, mau tak mau harus cari makan dengan berjualan. Pokoknya ngalor-ngidul bawa gerobak berjualan,” kenang wanita murah senyum ini sebelum menjadi sukses seperti sekarang ini pada arekmemo.com.
Boleh dibilang 1982-1888 adalah masa sulit bagi Sulistyowati. Baru tahun 1988 mendapat kontrakan rumah dan berjualan menetap di depan kantor Pemkab Banyuwangi. “Walau kontrakan itu beratap welit, yang penting tidak berjualan ngalor-ngidul lagi. Alhamdulillah sama Gusti Allah kami selanjutnya kok diberi kemudahan dan bisa menempati tempat permanen di Jl. Laksda Adi Sucipto ini sejak tahun 1998,” kenang Sulistyowati.
Sulistyowati memang lebih fokus menjual pecel-rawon. Tapi, kalau ada yang menginginkan menu lain, juga menyediakan soto ayam kampung, nasi campur dan lain-lain. “Tapi khusus pecel-rawon menu yang disajikan selain rawon dan pecel juga ada lauk lain seperti empal goreng, udang goreng, tempe bacem, dan dadar jagung. Harga satu porsi rawon-pecel Rp 17.000,” tutur Sulistyowati yang setiap hari buka 06.00 – 20.00 WIB.
Jika dulu Sulistyowati bekerja dengan dua karyawan, kini ia dibantu sepuluh karyawan. Ia buka setiap hari, kecuali pada Lebaran warungnya tutup selama sepekan. Setiap hari warung itu tak pernah sepi, karena harganya yang terjangkau. Inilah yang menjadi daya tarik dari rumah makan ini.
Baginya, kadang sulit mengukur berapa kebutuhan bahan baku harian. “Yang jelas, dalam sehari saya harus berbelanja sekitar 30 kg daging, udang, dan paru,” kata Sulistyowati pemilik Rumah Makan Pecel Ayu. Ia menambahkan, terkait nama Rumah Makan Pecel Ayu sebenarnya pemberian dari pelanggannya. (kar/mus/bon)