LAMONGAN, arekMEMO.Com – Pemakaian simbol NU di Pemilu itu tidak boleh, akan tetapi secara pribadi atau perorangan, warga NU bebas memilih dan mendukung salah satu calon.

Ini disampaikan oleh Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj M.A, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), di Pondok Pesantren Tanfirul Ghoyyi, Jl. Sunan Giri, Gg. Jambu No.1 Lamongan, Kamis (24/10/2024).

Menurut K.H. Said Aqil Siradj, dalam pesta demokrasi di Indonesia, baik itu Pilpres, Pilgub atau Pilkada, Nadlatul Ulama (NU) bersifat netral secara kelembagaan. “Jadi Inilah yang perlu dipahami oleh publik, meski sejatinya publik sudah mengetahui jika NU itu netral. Namun ada saja oknum yang memakai simbol NU dalam pesta demokrasi,” tegas K.H. Said Aqil Siradj.

Sebagaimana diketahui bersama, dalam Pilkada 2024 Lamongan, banyak beredarnya postingan akun di Medsos, banner dan spanduk menyangkutpautkan nama NU semakin marak. Dimana secara tidak langsung menyudutkan dan merugikan salah satu Paslon Cabup-Cawabup Yes-Dirham, yang dinilai bukan Orang NU.

“Saya yakin pola pikir masyarakat Lamongan sudah dewasa dalam berdemokrasi. Perbedaan pilihan tidak menjadikan permusuhan, perpecahan, ada ketegangan, tapi InsyaAllah semuanya sadar, ” ungkap K.H. Said Aqil Siradj, saat menghadiri Dzikro Maulid Nabi Muhammad SAW, di Ponpes Tanfirul Goyyi, Lamongan.

“Memang NU masih terus menjadi primadona, dan sebenarnya tidak boleh kalau organisasinya untuk memenangkan salah satu calon atau salah satu partai. Tapi kalau simpati dengan pribadinya, monggo, dan itu peraturannya jelas. Karena NU ada di mana-mana, di partai mana aja ada,” tambah Mustasyar PBNU 2022-2027 itu.

Disinggung terkait ada yang membawa nama lembaga (NU), KH, Said Aqil Siraj mengatakan jika pimpinan harus memberikan peringatan, baik itu pengurus MWC atau yang lain. “Silakan ikut mendukung salah stau calon, tapi jangan atas nama NU, harus nama secara pribadi. Karena kalau pakai nama NU, NU-nya menjadi murahan, hanya untuk kemenangan lima tahun, murah banget NU,” tegas KH Said Aqil Siradj.

“Insya Allah NU itu pilarnya bangsa, pemersatu bangsa sampai hari kiamat. Karena jaringan NU dari pusat sampai ke (tingkat) ranting ada. Dan di seluruh Indonesia ada,” jelasnya.

“Jika ada NU dibentur-benturkan dengan yang lain, ya harus sadarlah. Sebagai seorang pemimpin harus punya jiwa kenegarawanan. Jangan untuk kepentingan lima tahun, sayang banget NU-nya. Politik identitas harus dihilangkan, makanya jangan bawa-bawa NU-nya,” pungkas K.H. Said Aqil Siradj.(iyan)