PUASA Ramadan identik dengan ngabuburit, yaitu waktu menunggu adzan maghrib menjelang berbuka. Kurang lengkap bila ngabuburit di Kota Lamongan, pulang ke rumah tanpa bawa sego boran sebagai buah tangan. Sego boran adalah menu khas Kota Lamongan yang menjadi favorit masyarakat setempat, terutama untuk buka puasa.
Bumbu sego boran ini, sepintas mirip menu bali. Tapi, yang membedakan rasa dan tampilannya agak kental. Begitu juga jenis lauk yang disajikan, pembeli tinggal pilih. Ada telor dadar, telor asin, daging ayam, ikan bandeng, ikan gabus, ceker ayam, urap-urap, gembuk-gembuk, tahu tempe serta peyek, jerohan ayam dan lain-lain.
Dari banyak lauk yang disajikan, ikan sili termasuk yang paling dicari pembeli walau mahal. Keberadaan ikan sili saat ini sudah jarang ditemukan. Langka, karena tidak bisa diternak dan hanya bisa ditangkap di habitat aslinya. Sebetulnya, ikan sili inilah sebagai ciri khas yang membuat kuliner satu ini terasa makin otentik.
Dulu, sebelum menjamur seperti sekarang, para penjual sego boran menjajakan dengan cara keliling kampung. Seiring perkembangan zaman, kini sego boran banyak dijumpai dan dijual di sudut-sudut Kota Lamongan. Mulai dari alun-alun kota, depan plaza sampai sepanjang trotoar jalan.
Kegiatan ngabuburit yang tak terlewatkan di setiap Ramadan mendatangkan keuntungan bagi para pedagang sego boran. Salah seorang penjual sego boran mengaku saat Ramadan seperti sekarang ini omzetnya naik. Setiap menjelang buka puasa, jumlah pembeli lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa. Berkah bagi mereka, bulan puasa bisa laku hampir dua kali lipat dari hari biasa.
Meski hanya tergolong pedagang kaki lima, namun cita rasa sego boran ini begitu menggoda selera sehingga pendatang dari luar wajib mencoba. Apalagi sego boran dijual dengan harga terjangkau. Harga yang murah inilah menjadi daya tarik disamping rasa sego boran yang khas dan tiada duanya. (cak kar)