BLITAR, arekMEMO.com – MASYARAKAT Sentul, Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar, adalah masyarakat yang memiliki aktivitas memproduksi kendang jimbe beragam varian. Bahkan, produksi kendang jimbe ini sudah merambah mancanegara.
Kampung Wisata Kendang Jimbe Sentul, berlokasi di sebelah utara makam Bung Karno, Kota Blitar. Suasana kerajinan kendang jimbe mulai terasa begitu masuk gerbang Kelurahan Sentul. Terlihat aktivitas warga membuat kendang di masing-masing rumahnya.
Salah satu perajin kendang jimbe, Sugeng Hariyanto. Di rumahnya terlihat sejumlah kendang jimbe setengah jadi yang berjajar di teras rumah. “Hampir semua warga di sini membuat kerajinan kendang jimbe. Laris-larisnya kendang jimbe sejak tahun 2016 sampai sekarang,” kata Sugeng Hariyanto, koordinator perajin kendang jimbe Sentul, yang juga menjadi generasi ketiga dari keluarganya pembuat kendang jimbe.
Kini, karena perkembangan zaman sudah ada sekitar 25 perajin besar, dan 100 perajin kecil. “Setiap minggunya, Kampung Sentul memproduksi 20.000 kendang jimbe. Tiap bulannya, kami mengekspor ke China. Sedang ekspor ke Afrika, dilakukan buyer kita yang ada di China,” ujar pria 35 tahun ini.
Dikatakan, saat ini, model kendang jimbe juga bervariasi. Mulai kendang jimbe ukir, kendang jimbe painting, dan kendang jimbe polos. Untuk harga bisnis kendang jimbe termurah Rp 15.000, termahal Rp 500 ribu. “Kerajinan ini sudah turun temurun mulai dari nenek moyang kami,” kata Sugeng, lulusan Sosiologi Universitas Airlangga ini.
Ada beberapa jenis painting jimbe, antara lain jimbe natural painting, jimbe chocolate painting, jimbe star red carving, carving painting chocolate, elepanth deep carving, eye deep carbing, red Africa line carving, rasta mask deep carvingdan mask Africa deep carving.
Prospek bisnis kendang jimbe sungguh menjanjikan. Itu sebabnya harapan Sugeng menginginkan semua karyawannya bisa sejahtera. “Itu sebabnya, untuk produk yang bagus-bagus saya menginginkan pembeli mengambil di tempat saya, karena kualitasnya memang terjamin. Sedang untuk produk kualitas nomor dua bisa ambil di teman yang lain, sehingga terjadi pemerataan,” harapnya.
Beruntung, modal Sugeng sampai saat ini bisa diatasi sendiri. Artinya, dia belum pernah berurusan dengan bank untuk memperoleh modal. “Boleh dikata saya sampai saat ini masih zero bank. Kalau dihitung-hitung omzet saya setiap bulan berkisar Rp 300 juta,” tutur Sugeng ayah dua anak ini. Sehari-hari di rumahnya, dia dibantu 30 karyawan borongan. (kar/mus/bon)