Titik awal menjadi pengusaha adalah saat LaNyalla nekat membuat pameran dagang dengan nama Kreatifitas Anak Muda Indonesia (KAMI) pada tahun 1989 di Surabaya. Pameran yang disponsori PT Maspion itu ternyata membuat bangkrut LaNyalla. Karena tidak sukses. LaNyalla pun lantas terlilit hutang. Kerugian itu begitu memukul. Bahkan, pemilik perusahaan konstruksi dengan bendera PT Airlanggatama Nusantarasakti ini sempat berfikir untuk “lempar handuk” dari dunia usaha.
Tetapi mantan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim ini memutuskan kembali bangkit. Dia kembali melobi PT Maspion untuk menjadi sponsor pameran berikutnya. Pameran dengan nama brand yang baru: Surabaya Expo. Pameran pun akhirnya bisa dihelat. Hasilnya; Sukses!
Kegiatan yang berlangsung sejak tahun 1990 itu berkibar dan menjadi agenda tahunan di Kota Surabaya hingga 2001. Dari jalan inilah LaNyalla dikenal oleh kalangan pengusaha dan pemerintahan. Sayap bisnisnya pelan tapi pasti dikepakkan dengan percaya diri.
“Dari kisah hidup itu, saya belajar tentang arti kerja keras dan berani menjawab tantangan. Namun sekali lagi, harus tetap rendah hati dan tawakal. Kalau saat itu saya lempar handuk, saya tidak akan seperti sekarang,” katanya.
LaNyalla mengatakan, dirinya juga memetik hikmah dari keikhlasannya menerima segala ujian. Termasuk saat bangkrut di awal karir. “Niat saya berbisnis itu tulus. Ingin membuka lapangan pekerjaan. Mengajak bekerja orang-orang yang mungkin belum mendapatkan kesempatan. Karena itu saya putuskan saya harus fight. Tidak boleh loyo. Karena usaha ini bukan hanya untuk kepentingan saya pribadi. Tapi juga amanah besar untuk kehidupan orang lain,” tuturnya.
Kini, selain fokus sebagai pengusaha dan ketua umum KADIN Jatim, LaNyalla juga mengabdikan dirinya untuk sejumlah organisasi sosial kemasyarakatan dan profesi. Hingga kini, dia menjabat sebagai ketua MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur.
Pernah pula dipercaya sebagai Ketua DPD Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional (Gepeknas) Jawa Timur. Juga pernah aktif di KONI Jawa Timur. LaNyalla juga terlibat di berbagai yayasan sosial-keagamaan. Bahkan ia mendirikan sendiri Yayasan LaNyalla Academia, yang aktif bergerak di wilayah sosial-keagamaan dan olahraga.
PEMUDA PANCASILA
Mewarnai adalah salah satu ciri LaNyalla. Itulah yang terjadi ketika sosok LaNyalla yang juga pengusaha dipercaya memimpin Pemuda Pancasila Jawa Timur. Ormas yang dulunya dikenal tempat berkumpulnya pemuda urakan dan preman, disulap oleh La Nyalla menjadi tempat berkumpulnya para pemuda Pancasilais yang berjiwa entrepreneur.
Semua ketua Pemuda Pancasila di tingkat Kota dan Kabupaten di Jatim didorong untuk mendirikan badan usaha. Apakah itu di bidang jasa, pengadaan atau lainnya. Yang berminat di bidang konstruksi, didorong untuk terlibat aktif di organisasi profesi. Termasuk mendorong anggota dan kadernya untuk bergabung di DPC Gepeknas di tingkat Kota dan Kabuapten.
Hasilnya? Pemuda Pancasila Jatim menjadi salah satu yang mapan dan besar di antara Pemuda Pancasila di provinsi lain di Indonesia.
Setiap musyawarah wilayah, selalu di helat di gedung besar yang dapat menampung belasan ribu peserta. Dengan dana swadaya. Seperti terlihat dalam Muswil pada bulan Maret 2017 lalu. Sedikitnya 15 ribu kader dan anggota Pemuda Pancasila menyesaki ballroom Jatim Expo di Surabaya.
KADIN JAWA TIMUR
Saat memimpin KADIN Jatim, LaNyalla merasa jiwa kepemimpinannya makin terasah. Ketua Umum Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi (ATAKI) Jatim periode 2004-2009 itu bertekad membuat KADIN Jatim benar-benar sebagai organisasi payung para pengusaha di Jatim. Yang mengayomi dan menjawab kebutuhan dan tantangan para pengusaha di Jatim.
LaNyalla pun menggagas lahirnya Kadin Institute di Jatim. Pusat pendidikan dan pelatihan para calon pengusaha dan para pengusaha UKM/UMKM. Kadin Institute dibuat untuk mempercepat lahirnya pengusaha-pengusaha baru di Jatim.
Di benak LaNyalla, Indonesia membutuhkan banyak wirausahawan baru. Karena saat ia memimpin KADIN di masa itu, jumlah pengusaha di Indonesia baru sekitar 1,7 persen dari total populasi. Bandingkan dengan Singapura yang sudah mencapai 7 persen. Malaysia 5 persen. Thailand 3 persen. Sedangkan Jepang sudah mencapai 10 persen dan Amerika Serikat di angka 12 persen.
“Indonesia masih sangat jauh tertinggal. Untuk mencapai angka 4 persen, dibutuhkan sekitar 6 juta pengusaha baru. Mudah-mudahan dari 6 juta pengusaha baru itu, di antaranya akan lahir dari Jatim,” ujar LaNyalla ketika menjabat sebagai Ketua Umum KADIN Jatim.
Alhasil, bangunan empat lantai tepat di samping Graha KADIN Jatim itu mendapat apresiasi dari KADIN Indonesia. Karena KADIN Jatim menjadi satu-satunya KADIN Provinsi di seluruh Indonesia yang memiliki lembaga pencetak wirausahawan.
Di era LaNyalla, KADIN Jatim juga sukses menggerakkan misi dagang antar provinsi. LaNyalla membawa para pengusaha skala kecil dan menengah asal Jatim untuk memasarkan produknya di seluruh Indonesia. Caranya, KADIN Jatim membuka kantor perwakilan dagang Jatim di 25 provinsi di Indonesia.
Misi dagang itu mampu meningkatkan volume perdagangan Jatim hingga Rp 600 milyar per tahun. Karena itu, Juli 2017 silam, La yalla mendapatkan gelar Bapak UMKM Jatim dari asosiasi pengusaha kecil dan menengah Jatim. (sefdin/bersambung)