BONDOWOSO, arekMEMO.Com – RUMAH Cicilia Eka Putri, di Desa Sumbersuko, Klabang, Bondowoso, siang itu terlihat ramai dikunjungi pemesan. Mereka adalah para guru sebuah SD yang masih di wilayah Bondowoso. Kedatangan mereka, ingin memesan seragam batik Ki Ronggo untuk kalangan guru di sekolahnya.
Ki Ronggo adalah nama batik yang diproduksi oleh Cicilia. Baginya kehadiran para guru ini sungguh tak terduga. Mereka diterima di ruang tamu agak sempit sekaligus sebagai showroom berukuran 3×4 meter. Di teras seorang wanita muda sebagai karyawannya tengah membuat pola batik. Sementera, suaminya terlihat sibuk membantu keperluan Cicilia.
Usaha ini, kata Cicilia, tidak lepas dari dukungan suaminya, setiap ada kegiatan yang berkaitan dengan membatik. Suaminya yang sehari-hari sebagai petani, selalu mendampinginya bila pekerjaan di sawah selesai. Bahkan ketika ada undangan dari pemerintah kabupaten untuk ikut pameran suaminya selalu menemaninya. “Kita ini kan perempuan, jadi suami sekaligus menjadi marketing untuk memasarkan hasil kerajinan yang kami geluti selama ini,” ujarnya.
Lia, panggilan akrabnya, mulai memproduksi batik tulis, Februari tahun 2016. Dengan berbekal semangat dan keingintahuan yang tinggi, Lia belajar dari rekannya yang biasa menerima pesanan proses pencantingan. Rupanya ketekunannya untuk belajar membatik membuahkan hasil, saat ini dia kebanjiran order.
Batik yang dihasilkan oleh tangan emasnya ini banyak dipesan oleh berbagai instansi pemerintah utamanya Pemkab Bondowoso yang digunakan sebagai seragam dinas khas Bondowoso. Ketenaran batik Ki Ronggo ini tidak lepas dari keikutsertaannya dalam berbagai event batik nasional yang diselenggarakan di setiap daerah se-Indonesia.
Dari berbagai event yang diikuti, Batik Ki Ronggo memperoleh banyak penghargaan dan menyabet piala hampir di setiap ajang kontes batik daerah dan batik nasional dengan berbagai kategori nominasi. Penghargaan-penghargaan itu diberi pigora lalu dipajang di dinding showroom.
Siapa sangka usaha yang ditekuni, kini membuahkan hasil. “Awalnya saya terjun di bidang fashion, karena anak saya sering ikut lomba. Mau tak mau saya yang bikin baju-bajunya. Apalagi dalam event-event itu selalu ada batik, daripada harus pesan batik dan polanya juga susah serta mahal, akhirnya saya coba bikin sendiri dan berhasil,” cerita Lia.
Lantas, dia belajar membatik pada teman-teman yang satu profesi di fashion yang juga sebagai perajin batik. “Saya belajar secara otodidak. Saya tidak pernah sekolah tentang ilmu batik. Belajar batik pun pada teman. Ditambah ikut latihan yang diselenggarakan Diskoperindag Kabupaten Bondowoso. Bahkan, dari lembaga ini saya dapat peralatan membatik,” katanya.
Batik Ki Ronggo Desa Sumbersuko identik dengan nama Cicilia, merupakan batik tulis dengan motif khas Bondowoso yaitu daun singkong dengan kombinasi daun tembakau. Proses pembatikannya dilakukan dengan sangat teliti dan halus sehingga menghasilkan karya batik tulis dengan kualitas tinggi.
Pemasarannya sudah merambah Pekanbaru, Batam, dan Makassar. “Kalau khusus Makassar ini sudah langganan tetap, setiap bulan bisa pesan 30 potong. Saya membandrol harga termurah mulai dari Rp 120 ribu sampai Rp 1 juta lebih,” jelasnya.
Merek Ki Ronggo untuk batiknya, diambil dari nama Bupati Bondowoso yang pertama. “Ki Ronggo itu identik dengan Bondowoso, termasuk nama alun-alun juga diberi nama Ki Ronggo. Saya mengambil nama untuk batik ini agar lebih cepat dikenal dan lebih familiar,” ujar Lia yang mempunyai enam karyawan ini.
Para pengamat batik menilai, batik dengan label Ki Ronggo ini lebih berani dalam memberikan sentuhan degradasi warna sehingga batik ini terkesan lebih elegan dan modern. Keberaniannya dalam memadukan warna memberikan ke-khasan tersendiri bagi batik Ki Ronggo untuk selalu eksis dalam trend fashion batik nasional.
Menurut Lia, konsumennya belakangan ini cenderung memilih motif Ijen Geopark. “Yang paling laris motif blue fire (api biru) Ijen,” pungkas Lia. (kar)