BALIKPAPAN, arekMEMO.com – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah untuk memproteksi pasar demi melindungi pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari serbuan produk impor yang dipasarkan secara online.
Sebagaimana diketahui, pandemi Covid-19 membuat sejumlah pihak menggunakan jasa e-commerce untuk memasarkan produk mereka. Salah satunya adalah produk impor tekstil yang merajalela di pasaran dalam negeri. Dampaknya tentu saja dirasakan pelaku IKM, ditandai dengan menurunnya penjualan.
Mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu menilai e-commerce amat besar pengaruhnya terhadap produk-produk impor, baik konsumsi kebutuhan rumah tangga maupun pakaian jadi.
“Keluhan yang dirasakan di tengah-tengah program pemulihan ekonomi nasional adalah pelaku usaha garmen merasakan sulitnya penjualan produk, karena tidak mampu bersaing. Padahal harga terbilang lebih murah dan kualitas lebih baik,” ujar LaNyalla sesaat setelah mendarat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Minggu (4/4/2021).
“Saya meminta pemerintah untuk memproteksi pasar melalui regulasi yang melindungi pelaku usaha lokal. Jika dibiarkan, maka kita akan menghadapi kematian industri kecil menengah dan bersiap menghadapi permasalahan sosial yang besar,” ujar LaNyalla.
Senator Dapil Jawa Timur itu mendesak pemerintah agar segera menyelesaikan regulasi yang memproteksi pasar. Pasalnya, alumnus Universitas Brawijaya Malang itu menilai hingga kini belum dirampungkan pemerintah. “Ini urgent dan harus menjadi prioritas hingga saatnya kita mampu bersaing di pasar bebas,” tegasnya.
Industri Kecil dan Menegah (IKM) tekstil mengalami penurunan penjualan disebabkan pandemi covid-19 dan banjir produk impor di pasaran. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia menyebutkan produk impor tekstil tidak hanya terjadi di pasar swalayan, namun juga masuk ke marketplace.
Data Indotextiles menyebutkan, sepanjang 2020 produksi garmen IKM mencapai sekitar 641.000 ton. Di Jawa Barat, misalnya sentra rajut binong di Bandung. Mereka produksi terus dengan banyak pekerja. Miris ketika mendengar produknya tidak dapat bersaing dengan impor. Harga impor jauh lebih murah, tetapi kualitas kita lebih baik. (ril/bon)