arekMEMO.Com – Sebagai warga yang lahir dan dibesarkan di kota Surabaya, Malang adalah kota yang paling banyak saya kunjungi. Mungkin karena sebagai kota terbesar nomor 2 di Jawa Timur yang letaknya hanya berjarak 89 km dari Surabaya.
Oleh karena iu, dibanding kota-kota lain di Jawa Timur, obyek dan spot menarik di kota berpenduduk sekitar 800.000 jiwa ini yang sering saya lihat, atau paling tidak saya lewati, seperti misalnya Jl. Kayu Tangan, Jl. Ijen, Jl. Dinoyo, (sebagian) kampus Universitas Brawijaya, Pasar Gadang, depan Balai Kota, Rampal, Sawojajar, Patung Khairil Anwar, Celaket, Sumpil, dan sekian lokasi lainnya.
Tapi ada satu lokasi di sekitar tengah kota, yang bikin saya terpekik, karena saking menariknya, dan tentu saja unik.
Apa itu? Pasar Klojen, kawan!
Saya sempat berpikir, kok ada tempat begitu bikin saya terkesima, luput dari perhatian saya selama ini.
Beruntung saya mengikuti acara Dolan Rame Rame yang diadakan oleh warga RT 06 RW IV Rungkut Menanggal Harapan, Surabaya, pada 13-14 September 2025, dengan mengunjungi sejumlah lokasi di kota Malang dan Batu, serta lokasi lainnya yang berada di antara Malang – Surabaya.
Pilihan sejumlah obyek wisata yang ditetapkan oleh Panitia Dolan Rame Rame ini patut diberi jempol, salah satunya ya Pasar Klojen itu.
Lantas bagaimana deskripsi obyek wisata yang saya anggap menarik ini?
Pasar Klojen adalah pasar tradisional di Kota Malang yang sudah berdiri sejak 1934 dan mengalami revitalisasi pada 2018.
Pada papan nama yang dipasang cukup besar di bagian depan dengan warna dasar merah magenta, tertulis : Pasar Rakyat KLOJEN NIKMAT Blonjo, Ngopi, Njajan, Jagongan
Tagline Blonjo, Ngopi, Njajan, Jagongan adalah esensi dari pasar tersebut. Gambaran struktur pasar : tidak besar (cenderung cekli), bersih, dan nyaman. Juga orang-orang yang cangkruk di situ terbilang nyantai. Saya persepsikan banyak orang-orang luar kota Malang yang blusukan dan jagongan di situ, termasuk di antaranya beberapa bule.
Pasar ini terletak di Jl. Cokroaminoto, Klojen, Kec. Klojen, Kota Malang.
Setiap hari buka mulai pukul 06.00 hingga 16.00.
Menawarkan berbagai jenis kuliner, baik tradisional maupun modern.
Beberapa rekomendasi kuliner yang bisa Anda coba :
- Bakpao dan kue putu dengan berbagai varian rasa, harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 7.000.
- Mie Cendana : Menu mie goreng dan mie kuah dengan harga Rp 15.000.
- Bagor Klodjen (Bakso Goreng) : Bakso goreng dengan saus bakso khas Malang, harga Rp 10.000.
- Pisang Goreng Tusuk.: Pisang goreng dengan tekstur renyah dan rasa gurih, harga Rp 6.000 per buah.
- Nasi Pecel Mbak Sri: Nasi pecel dengan bumbu kacang racikan sendiri, harga Rp 15.000.
Sabtu pagi 13 September lalu, saya pun sempat cangkruk — jagongan — di ‘Bebek Gong Sambal Edan’ yang ada di bagian depan pasar tersebut. Tapi saya dan istri tidak menikmati menu utama, cuma 5 goreng tahu, 1 gelas teh hangat, dan secangkir kopi panas dalam cangkir kecil (mungkin seukuran 2 sloki) — total membayar dengan Rp 30.800.
Yang mengesankan dengan kedai bebek khas ini adalah tempatnya yang bersih, terutama toiletnya super bersih, transformasi desain modern dan klasik, jadinya ketemu : eksotik.
Fasilitas dan Lingkungan Sekitar
Fasilitas umum seperti mushola, pos keamanan, klinik kesehatan, dan area parkir — cukup tersedia.
Selain itu dekat dengan Kantor Balai Kota dan Alun-Alun.
Karena lokasi ini berada di pusat kota, aksesnya pun cukup strategis. Misalnya dekat dengan sejumlah hotel :
Same Hotel (hotel bintang 3), Regent Park Hotel (hotel bintang 3), The 1O1 Malang OJ (bintang 4), Hotel Tugu (bintang 5), dan Montana Hotel (bintang 3). (Amang Mawardi)