SURABAYA – ArekMEMO.Com: Apa kesimpulan launching dan bahas buku ke-17 saya : ‘Seperti Obrolan Warung Kopi’ yang diselenggarakan di Graha A. Azis PWI Jawa Timur selepas sholat Jumat, 27 Desember lalu? Tidak ada! (Lho…kok tidak ada?).
Jangan-jangan kawan-kawan yang hadir pada sungkan mengkritik saya? (Mosok wong wis tuwo dikritik, jangan-jangan nanti tensinya naik, begitu kira-kira sebagaimana pikiran liar saya).
Mungkin juga lantaran kelemahan buku ini sudah saya beber saat saya tampil sebagai pembahas ketiga setelah Dr. Dhimam Abror Djuraid yang Ketua Dewan Pakar PWI Pusat dan Lutfil Hakim Ketua PWI Jatim.
Ya, sekali lagi : tidak ada. Padahal saya butuh kritik.
Toto Sonata sebagai moderator yang duduk di sebelah kiri saya, ngomong begini : “Gak onok sing ngritik, kabeh muji kamu…”, atas pertanyaan saya. Eladalah !
Rata-rata yang tampil bicara pada bahas buku ini mengatakan saya produktif meski usia sudah tidak muda lagi. (Usia saya saat ini sudah lebih dari 71 tahun, tapi baru menulis 17 judul buku).
Mungkin karena akhir-akhir ini Surabaya diguyur hujan lebat disertai badai — persis ramalan cuaca per tiga hari sebagaimana yang saya baca di layar HP, undangan yang hadir cuma separuh.
Atau boleh jadi masih dalam suasana liburan, atau sebab-sebab lain. Dari sekitar 90 orang yang saya undang, yang hadir sekitar 40-45 orang.
Tidak apa-apa, Lur. Never mind. Sampun dados penggalih. Yang penting penulisan buku ini sudah saya pertanggung-jawabkan di depan khalayak, khususnya insan pecinta literasi.
Juga kepada sejumlah pendukung dana buku saya ‘Seperti Obrolan Warung Kopi’ ini.
Mereka bukan sponsorship. Sebab untuk mendanai buku yang dicetak dengan tiras terbatas ini, sponsor dari perusahaan enggan. Perusahaan sebagai sponsorship yang bersedia membantu, biasanya terhadap penulis yang bukunya dicetak minimal 500 eks.
Mereka yang membantu saya adalah donatur, bukan yang sifatnya sponsorship. Mereka adalah teman-teman saya : pemilik media online, institusi seperti PWI, dan perorangan yang peduli terhadap dunia literasi.
Pingin tahu yang hadir, selain Dr. Dhimam Abror Djuraid dan Lutfil Hakim? Nih : Tjuk Suwarsono mantan wapemred Surabaya Post, Hariono Santoso mantan Dirut TVRI yang sekarang rajin nulis novel, Maksum mantan redaktur Opini Jawa Pos, Yusron Aminulloh jurnalis senior yang kini sukses sebagai pengusaha eco wisata Dedurian Park, Ferry I. Mirza Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Jatim, Arifin BH pemred media online Lentera.com.
Juga, Achmad Pramuditto pemred Surabaya Kini.com., Wahyu Kuncoro pemred Harian Bhirawa peraih lebih dari 40 kejuaraan lomba karya tulis baik tingkat nasional maupun regional, Yunus Supanto peraih Hadiah Adinegoro kategori Editorial, Sasetya Wilutama pengarang sastra Jawa. Terus siapa lagi? Siapa ya? (Sebentar saya tak mikir…).
O ya, ada terlihat juga Syaiful Anam pemred tabloid Jatim Post, raja penggurit Widodo Basuki, dan Aming Aminoedhin presiden penyair Jawa Timur. Eh, hampir lupa…ada terlihat Novi Yanto Aji pemred rekayorek.com. yang novelis — dimana sore itu bicara panjang lebar tentang dunia jurnalistik dan literasi. Ada juga Mushadi dan Herry Siswa alumni Akademi Wartawan Surabaya yang belakangan sering saya lihat hadir pada banyak event dunia literasi.
Kepada sahabat-sahabat saya yang ada di belakang layar : Toto Sonata, Achmad Zainuri, Denting Kemuning, saya sampaikan terima kasih banyak. Mohon maaf : tentu ada gading yang retak.
Juga ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dik Arul Lamandau musisi all out yang sering saya riwuki.
Acara rangkaian bahas buku saya ini masih berlanjut, antara lain di awal bulan Februari 2025 bertempat di Sage House Gallery Jl. Prapanca 56 Surabaya, dengan saya sebagai pembicara tunggal, dan sebagai host Ir. Wardah Alkatiri MA, PhD. (Mus)