JAKARTA, arekMEMO.com – Stok tempe dan tahu belakangan ini langka, akibat dampak meroketnya harga kedelai. Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti meminta pemerintah segera menstabilkan harga kedelai di pasaran agar masyarakat tidak kesulitan mencari dua bahan pokok pangan tahu tempe.
“Kementerian Perdagangan (Kemendag) kami harapkan segera mencari solusi untuk menstabilkan harga kedelai. Pemerintah juga harus memastikan ketersediaan stok kedelai sebagai bahan dasar tahu dan tempe,” ujar LaNyalla, Senin (4/1/2021).
Untuk diketahui, kebutuhan kedelai di Indonesia masih mengandalkan kedelai impor yang harganya mengikuti pasar global. Saat ini harga kedelai impor sedang tinggi disebabkan menurunnya produksi kedelai di negara produsen sejak pandemi virus Corona (Covid-19), sementara permintaan impor justru naik tajam, khususnya dari China.
Harga kedelai global naik 35% hingga menjadi Rp 9.500/kg. Belum lagi ongkos angkut kapal laut naik karena waktu tempuh impor dari negara asal ke tujuan menjadi lebih lama akibat pembatasan yang dilakukan karena pandemi Corona.
“Kondisi ini harus disiasati sehingga tidak berdampak pada menurunnya stok kedelai di Indonesia. Sejak pandemi kedelai impor turun 11,5% sehingga hanya 2,3 ton yang masuk Indonesia. Akhirnya harga kedelai naik,” kata LaNyalla.
Mahalnya harga kedelai bahkan membuat para pengrajin tahu dan tempe mogok produksi selama beberapa hari pada pekan lalu. LaNyalla berharap mogok produksi tidak lagi terjadi karena membuat tempe dan tahu hilang di pasaran. “Tempe dan tahu termasuk bahan pokok yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia. Produksinya tidak boleh terhenti,” ucap senator asal Jawa Timur ini.
“Harga tahu tempe jamgan naik. Mungkin bisa disiasati dengan memperkecil ukuran potongan tahu dan tempe. Masyarakat sudah kesulitan, jangan dirugikan,” ucap LaNyalla.
Ketua DPD mendorong Kementerian Pertanian (Kementan) agar memperbesar produksi kedelai lokal. Dengan begitu, Indonesia tidak tergantung kepada kedelai impor. “Kementan saat ini juga sedang melakukan riset benih unggul dan teknologi budidaya komoditas kedelai untuk meningkatkan produktivitas kedelai lokal,” ungkapnya. (ril/bon)